ANOTHER LIL ADVENTURE with BAPAK

Selesai unjung-unjung dan juga dikunjungi kini saatnya untuk jalan-jalan. Liburan yang masih seminggu tentu harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Bersama salah seorang sepupu yang menginap di rumah, adik dan bapak tentunya, kami pun memulai petualangan kecil. Tadinya pingin mandi di sungai tapi sepertinya bukan ide yang bagus untuk musim hujan begini, akhirnya tujuan dipindahkan ke desa yang ada di sebelah selatan kota kami. Dengan dua sepeda motor kami pun melaju, aku sama bapak, adik dengan adik sepupu. Terdengar tidak adil tapi mau bagaimana lagi, bapak tidak akan membiarkanku di belakang kemudi dan adik-adikku akan mengomel tak ada henti bahkan memilih mengurungkan niatnya daripada aku yang membonceng (cukup untuk membuka aib sendiri).

Desa yang kami tuju letaknya di lereng gunung jadi bisa dibayangkan medannya seperti apa. Melewati hamparan sawah yang menghijau, sungai-sungai kecil yang meski musim hujan tapi ternyata kering (sayang sekali) juga rumah-rumah yang lebih mirip mushola. Di daerah kami satu dekade lalu memang sempat ngetren model rumah yang seperti itu. Rumah yang bukan hanya lantainya tapi juga temboknya diubin. Untung nggak ada tulisan “batas suci.” Gambaran yang dulu sering kubaca di buku-buku pelajaran pas SD atau buku-buku cerita. Kurang lebih masih sama kecuali sepeda motor yang semakin banyak berlalu-lalang.

Dari jalanan beraspal mulus kami terus melaju melalui jalanan yang entah bagaimana bisa dilewati oleh sepeda motor. Kemiringan yang mencapai 60 derajat bahkan lebih dengan batu-batuan terjal yang membuat tubuh kami bergoncang-goncang layaknya naik kuda pacuan. Selesai dengan jalanan menanjak nan terjal kami masuk ke daerah becek. Jalanan berlumpur yang sebagian mengeras dan membuat cekungan tertentu tapi sebagian masih lembek dan sulit dilalui. Punggung rasanya pegal tapi tawa tak pernah lepas dari bibir kami. Melihat “proyek” pembuatan jalan yang berhenti karena masih lebaran sambil mengunjungi warga desa sekitar, bapak mengajak kami unjung-unjung.

Agak canggung, bukan hanya karena nggak kenal tapi juga karena kostum kami yang nggak cocok untuk berkunjung di suasana yang masih lebaran ini. Bapak mulai bicara, bercakap-cakap sedang kami bertiga hanya diam, senyum-senyum saja. Tuan rumah pun menawarkan makanan juga minuman dan seperti biasa bapak akan memakan apa saja. Diminta makan kue ya makan, disuguhi minuman pasti diminum, diajak makan nasi juga nggak nolak. Kadang mikir kok bisa muat semuanya. Untuk menghargai tuan rumah dan memang, mereka tampak senang. Dan mereka pun bilang bapakku ganteng.

Jadi ingat, dulu sering sebel kalau ada yang bilang aku mirip bapak. Katanya sih manis tapi aku sih mikirnya karena aku item aja. Bagiku lebih menyenangkan dibilang mirip ibu yang memang berkulit terang daripada bapak yang gelap. Itu dulu, sekarang nggak. Tadi sempat sebel juga pas bapak ngenalin kalau aku anaknya, eh nggak percaya. Kembali ke acara jalan-jalan masuk desa, kami melanjutkan perjalanan ke desa dimana sebuah pohon yang usianya tua banget masih tampak kokoh. Pohon yang begitu mencolok, terletak di pinggir jalan, mungkin seram juga kalau malam. Iseng-iseng kami mencoba mengukur diameternya dengan merentangkan kedua tangan, memeluk. Kira-kira empat orang dewasa dengan dua tangan terlentang ukurannya. Besar banget.

dok.pribadi

Perjalanan kami diakhiri dengan berhenti sejenak di bendungan kecil atau dam. Lagi-lagi airnya kering, membuat pemandangan indah yang biasa terlihat sedikit terganggu. Pulang dan menikmati ice cream bersama dua adikku. Bagi kami pertualangan kecil ini sangat menyenangkan, terutama buatku. Bukan tujuannya, karena desa itu sudah sangat sering kukunjungi, tapi perjalanannya. Di atas sepeda motor, berkeliling, meski hanya berputar-putarpun sudah senang. Selalu seperti ini yang biasa aku dan bapakku lakukan sejak aku masih kecil, tak pernah bosan. Mau (wajah) mirip ataupun nggak tapi yang seperti ini tak bisa dibohongi, aku adalah anak bapakku. Kesukaan kami sama, semakin sering melihat dan merasa kalau sifat kami juga sama. Laki-laki yang pandai memasak, yang kolak buatannya bisa menimbulkan berbagai macam rasa.

6 thoughts on “ANOTHER LIL ADVENTURE with BAPAK

Leave a comment