Impian

Siang ini aku mau menulis sebuah impian, ya impianku. Semacam sebuah cita-cita begitulah. Dulu waktu kecil aku paling bingung kalau ditanya cita-citanya apa. Sama bingungunya ketiga ada yang nanya idolamu siapa. Kurasa siang inilah saatnya aku menjawab (sak sirku tho, bahno).

Kata orang, dengar-dengar kata orang tapi siapa sebenarnya yang ngomong aku juga nggak tahu, hidup tanpa cita-cita atau impian itu itu bagai taman tanpa bunga, hampa. Entahlah tapi selama ini aku nggak ngrasa seperti itu. Mungkin karena sebenarnya aku punya impian tapi belum menyadarinya saja.

Impian yang mau kutulis di sini, katanya kalau ditulis bisa cepat tercapai (katanya lagi tapi begitulah yang sering kubaca, kudengar juga) pernah kukatakan sebelumnya, pada teman-teman dekat saja. Impian ini beberapa hari terakhir mengusik kembali gara-gara sedang ada di kampung halaman.

Beberapa hari yang lalu kakakku beli anak ayam. Anak ayam yang warna-warni itu. Bagi sebagian orang mungkin apa yang dilakukan kakakku, juga aku yang menerima, tindakan kami ini tidak baik, tidak sayang binatang, terserahlah bukan itu yang akan aku bahas. Maka begitulah ayam-ayam yang dibeli sepuluh ribu tiga itu menjadi penghuni baru di rumah (lah, malah mbahas pitik).

Eh kembali ke impian. Setelah melalui beberapa per-mbambungan dan meski masih kesulitan memijakkan kaki di satu tempat ada sesuatu yang boleh kubilang impianku saat ini. Impianku adalah punya sebuah rumah dengan pekarangan yang bisa ditanami dan cukup untuk membangun sebuah peternakan kecil.

Ya, aku mau jadi petani, aku juga mau jadi peternak. Bukan petani sawah sih tapi nggak nolak juga kalau nanti bisa beli sawah. Ya, kurasa itu yang paling cocok untuk orang sepertiku, bertanam dan berternak. Dari dulu aku suka ayam, ikan juga kambing tapi sapi nggak. Aku suka tanaman cabe, tomat, pohon mangga, belimbing, banyak. Setiap hari aku akan mengurusi ternak dan tanamanku. Memberi makan ikan-ikanku sambil melamun, mungkin juga menulis, betapa menyenangkannya.

nggak nemu gambar yang cocok tapi seperti ini sudah mendekati

Maka siang ini, seperti kata teman, “Tulislah impianmu sapa tahu ntar ada yang trenyuh terus menyeponsori,” Amin Ya Allah Amin! kutulis impianku di blog ini. Mungkin setahun, dua tahun atau bahkan sebulan saja atau malah besok impianku ini menjadi kenyataan, siapa yang tahu kan?

*gambar pinjam di sini

10 thoughts on “Impian

  1. Amin…
    Soal impian dan rumah, aku juga pingin punya rumah yang asri, punya halaman di belakang rumah biar bisa dipakai camping khusus keluarga haha dan di depan rumah untuk ditanami banyak bunga dan pohon buah.

    amin ya allah

    Like

  2. Oooee, sama dengan dirikyuuu… Pengen jadi petani aja. Ngerti ngono mbiyen kuliah mlebu jurusan Sastra Pertanian ae yo? 😀

    He, koen pulkam tah iki? Ayo ketemuan bacok-bacokan yoh!

    Like

Leave a comment