Canting, 1000 Burung Kertas Dan 1000 Mimpi

Canting, setahun yang lalu (photo by Mas Gugun)

Duabelas Februari alias kemarin Canting berulang tahun yang kedua. Masih sangat muda, masih bayi jika diseratakan dengan umur manusia. Tapi untuk ukuran sebuah hubungan pertemanan, ah Canting bukan hanya sebuah pertemanan, Canting adalah sebuah keluarga, dua tahun adalah waktu yang sudah cukup untuk saling mengenal, saling mengisi, mungkin juga saling menangisi.

Sedikit kilas balik tentang pertemuanku dengan Canting. Waktu itu aku baru bergabung dengan Kompasiana, sebuah media sosial keluaran Kompas Grup. Adalah Denmas Gundul aka  Hendra Arkan yang pertama kali kukenal dari komunitas ini. Dia yang waktu itu sering sekali memposting tulisan juga poto-poto manakala dia dan anak-anak Canting sedang ngumpul, nongkrong. Dari Denmas yang mengaku titisan Cakil ini juga aku kemudian mulai kenal dengan anak-anak Canting lainnya.

Istimewa? Hmmm, hampir semua anak Canting menganggap Canting mereka istimewa sebagaimana mereka juga membanggakan kota mereka, Jogja istimewa. Jujur waktu itu aku hanya bisa misuh-misuh tiap membaca atau melihat foto-foto mereka. Bukan karena Surabaya tidak istimewa tentunya jika aku iri melihat mereka. Jogja sebagai kota wisata mempunyai banyak tempat menarik untuk melepas penat, liburn, hiburan. Tempat-tempat yang masih alami juga murah. Berbeda dengan Surabaya yang serba mall, mahal dan panas.

Dari dunia maya ke dunia nyata. Ya, tak hanya ingin saling mengenal di dunia maya setahun yang lalu aku memutuskan menemui teman-teman Canting. Tadinya aku berharap mereka lebih keren dari tampilan mereka di dunia maya ternyata mereka hanya kumpulan orang-orang ora mutu, yo mutu ning rendah. Mereka, kumpulan anak-anak yang dibilang mahasiswa tapi ya terlalu lama, wajah terlalu basi untuk terus menghantui kampus. Yang katanya sudah lulus tapi ya begitu, lontang-lantung nggak jelas. Menyandang titel tapi mempunyai berbagai profesi alias serabutan (podo koyok sing nulis). Sangat tidak jelas sesuai dengan komunitas yang visi misinya juga nggak jelas, yang penting bersenang-senang!

Tepat setahun yang lalu aku mematikan semua telepon genggamku (wong sugeh, hp gak mung siji rek. ga usah protes!) untuk menghindari rayuan juga hasutan agar aku datang ke pesta ulang tahun mereka yang pertama. Aku baru pulang dari melancong (sugeh maneh, senengane dolen guwak-guwak receh) dan meski masih mungkin untuk meluncur ke Jogja kuputuskan untuk tidak datang. Keesokan harinya foto-foto juga reportase tentang ulang tahun mereka bermunculan. Asyu!

Kumpulan orang-orang bermutu rendah ini ternyata punya kegiatan yang bisa diacungi jempol (Siji ae ngko garai sombong) 1000 Burung Kertas namanya. Sebuah kegiatan sosial untuk berbagi hope and happiness. Saat ini Canting berusaha menjadi penyalur, membantu menyalurkan bantuan apa saja untuk adik-adik kita di desa Ripungan. Berkat bantuan dan kerjasama banyak pihak sebuah studio berhasil dibangun, menggantikan tempat lama yang sudah tidak layak, yang sudah diresmikan beberapa bulan yang lalu. Studio Biru nama tempatnya. Ke depan kumpulan yang ngakunya berisi orang-orang ini berkeinginan membangun studio-studio biru yang lain, di tempat lain guna terus menyebarkan virus semangArt, serta hope and happiness.

Tak hanya 1000 burung kertas yang didampingi terbang, Canting masih punya 1000 mimpi. Ya, mereka adalah pemimpi yang tidak sekadar ingin bermimpi. Mereka adalah kumpulan orang yang mempunyai mimpi-mimpi besar yang berani bermimpi dan tentu berani mewujudkan. Setahun mungkin belum cukup lama untuk mengenal mereka secara pribadi tapi sudah cukup banyak pengalaman, pelajaran yang kuperoleh selama bersama mereka. Berbagai latar belakang pendidikan, status juga karakter para mafianya memberiku banyak tambahan pengetahuan tentang pertemanan, kekeluargaan, makna berbagi, perihnya patah hati (Berdoa mulai!) juga kerasnya hidup di dunia fana ini bagi mereka yang terlunta-lunta fisik juga hatinya (Mari sejenak mengheningkan cipta untuk mereka. Amin!).

Pada ulang tahun yang kedua ini aku hanya ingin mengucapkan selamat ulang tahun untuk Canting semoga semangat bersenang-senang tidak pernah luntur dari dada dan jiwa kalian. Selamat juga untuk direksi Sapu Sothil yang sudah meresmikan bisnis raksasa mereka (Direkture sing koyok raksasa alias buto). Terimakasih juga sudah mau repot-repot menyukseskan acara launching buku Ndemin Selawase dengan sangat profesional dan spektakuler *nguntal truk gandeng.* Selamat kepada anak-anak Canting yang berhasil menyabet award mulai dari Canting terfavorit, terlunta-lunta, tergalau juga tercihuy, kalian pantas mendapatkannya (Aku sisan yoan hehe).

Hadiah yang seharusnya diberikan kepada pemenang Canting Award (photo by me)

Tidak lupa aku mengucapkan maaf yang meskipun tidak besar dan sedikit terpaksa kepada Denmas Gundul, Bayu Si Sekjend galau, Mas Ulla calon gubernur Sulawesi Selatan yang tentunya nunggu lulus dulu juga berbagai pihak yang telah membantu karena telah meninggalkan hadiah Canting Award yang sudah susah-susah kalian buat di kos. Tuhan memaklumi dosa kalian, percayalah. Tak lupa kuucapkan terimakasih kepada Sasha si Ranger Merah, Faa Asu, Izzah yang telah menyediakan lengannya dengan ikhlas untuk gigi-gigiku yang sedang dalam masa pertumbuhan. Kepada Meska yang sudah repot mengurusi konsumsi juga mencarikan kado baru untuk Canting Award dan semua yang terlalu panjang jika disebut satu persatu.

Sekali lagi selamat ulang tahun untuk Canting semoga selalu semangArt, tetap berani bermimpi demi berbagi hope and happiness. Mari terbangkan (lebih) 1000 burung kertas dan wujudkan (lebih) 1000 mimpi kita tanpa lupa untuk tetap bersenang-senang!

photo by Dea from Lina Sophy

8 thoughts on “Canting, 1000 Burung Kertas Dan 1000 Mimpi

Leave a comment