Canyoning Di Sri Gethuk Part 2

air terjun Sri Gethuk (dok.pribadi)

            Setelah sebelumnya merasakan tegangnya pengalaman pertama ber-canyoning dan kemudian gagal mengulang di kesempatan kedua di Kulon Progo, Sabtu kemarin aku akhirnya bisa kembali bercanyoning lagi. Jika sebelumnya bisa dibilang tanpa persiapan untuk kali ini kami lebih “terencana.” Daftar bawaan sudah dibuat juga dibagi meski pada akhirnya tetap ada yang terlupa dan tak terbawa. Undangan sudah disebar tapi pada hari H satu persatu “mengundurkan diri.”

            Fantastic Four kali ini berkesempatan merasakan aliran adrenalin di air terjun Sri Gethuk, Gunung Kidul. Sampai di lokasi masih sore, masih lumayan ramai. Tak ingin mengulang kejadian sebelumnya dimana kami berkemping “tanpa ijin” kali ini kami menemui yang “berwenang.” Diterima oleh Pak Dukuh kami menyampaikan maksud kami untuk kemping sekaligus canyoning. Deal sudah dicapai. Aman.

umub (dok.pribadi)

            Magrib tenda kami sudah berdiri dan kompor juga sudah mulai menyala. Sayang hujan mulai turun. Karena semakin deras tidak memungkinkan bagi kami untuk memasak di luar. Mau tidak mau kami harus membawa kompor ke dalam tenda. Tenda dengan kapasitas empat orang terasa semakin panas dengan tas-tas besar kami juga kompor yang menyala. Sauna, ya rasanya seperti di sauna meski di luar hujan semakin deras.

            Makan sudah beres. Idealnya melihat bintang-bintang juga kunang-kunang di luar tenda. Lagi-lagi kami harus menahan keinginan kami karena hujan tak juga reda. Tiduran, mendengarkan suara sumbang dari cowok yang enggan lulus (hening) kami lakukan di dalam tenda. Sesekali kami buka penutup tenda karena tidak tahan akan hawa panas di dalam. Aneh juga, hujan di luar seharusnya membuat hawa dingin tapi tidak yang kami rasakan. Sesekali kunang lewat, indah.

            Tenda bocor, bukan bocor sebenarnya karena memang tenda yang kami pakai tidak ada penutupnya. Kami menggunakan salah satu mantel untuk menutup bagian atas. Bagian bawah yang seharusnya kedap air tapi tidak pada tenda kami kali ini. Dua mantel yang kami gunakan untuk alas bawah plus dua matras tak bisa melindungi kami dari air hujan yang merembes. Akibatnya baju juga celana kami tetap basah. Romantis? You tell me. “Terjebak” bersama manusia-manusia absurd seperti ini mungkin bukan pilihan bagus untuk melewatkan liburan tapi jika ada yang bertanya, maukah aku mengulangnya? Yes! I would love to.

            Sabtu pagi hujan tak juga reda. Meski sarapan sudah beres tapi belum memungkinkan untuk mulai ber-canyoning. Teman yang katanya akan menyusul belum ada kabar, sebagian juga dipastikan tidak akan menyusul. Tak ingin menunggu apalagi mengalami kegagalan seperti di Kulon Progo kami pun bersiap. Hujan masih rintik tapi tak membuat semangat kami luntur. Jika dulu air begitu jernih dan tak terlalu deras berbeda dengan kali ini. Hujan menyebabkan debit air meningkat serta air menjadi coklat karena lumpur. Dua kali lebih deras air yang mengalir dari atas membuat kami harus lebih berhati-hati.

            Sang pioneer turun untuk mencari jalan. Terlalu sulit katanya. Kami harus memindah tali. Air yang terlalu deras menutup pandangan ketika turun. Meski tetap lebih deras dari yang pertama dulu tapi setidaknya bisa dikurangi. Dari kami berempat hanya satu yang bisa dibilang berpengalaman. Aku sendiri baru dua kali. Dua teman yang lain malah baru akan memecahkan pengalaman pertamanya. Untuk rappelling di tembok kosan tentu tak dihitung. Seorang teman datang menyusul.

harness dari webbing (dok.pribadi)

            Satu lagi yang berbeda, kali ini kami tidak menggunakan harness tapi menggunakan webbing yang diikat membentuk harness. Satu persatu dari kami turun. Entah yang dirasakan oleh teman-temanku tapi bagiku sendiri ini menyenangkan meski tidak semenegangkan pengalaman pertama. Aku tahu apa yang kulakukan aman. Tentunya tetap waspada dan hati-hati karena batu yang licin juga derasnya air terjun. Mendarat dengan aman aku justru mengalami luka ketika mau naik ke atas. Batu yang kupakai untuk pegangan ternyata berada pada tanah yang rapuh. Hasilnya, aku jatuh dan terperosok.

            Kali ini masing-masing dari kami berkesempatan mengulang, kecuali salah satu teman yang harus lebih sering naik turun. Salah satu penjaga mengenali wajahku. Dia orang yang dulu “meminta” kami ijin jika ingin mengadakan kegiatan. Malu sebenarnya tapi akhirnya dibuang saja. Justru kami akhirnya berbincang. Seorang pengunjung, gadis, tertarik ingin ikut ber-canyoning. Dia mengira itu adalah salah satu fasilitas yang diberikan oleh Desa Wisata Bleberan ini. Tak berani bertanggungjawab aku menolaknya dan memberi pengertian.

            Pada akhirnya semua berjalan lancar. Kami menjemur tenda juga perlengkapan kami yang basah kuyup. Untunglah siang itu matahari mau muncul, setidaknya ada waktu untuk kami mengeringkan bawaan kami. Berpikir untuk mencari tempat lain guna melewatkan malam tahun baru kami membuat undian. Kami harus menuliskan tempat lain itu di atas kertas yang nantinya digulung untuk dikocok, semacam arisan. Salah satu teman memilih Nglanggeran, teman yang lain memilih Ngobaran. Aku memilih kos temanku sebagai penyeimbang pilihan. Oh iya, satu teman yang tadi menyusul sudah pulang. Otomatis tinggal satu pilihan lagi. Sayang si teman tidak mau memberi tahu pilihannya.

dok.pribadi

 

dok. pribadi

dok. pribadi

            Kocokan pertama sudah dilakukan dan yang keluar adalah: Kosan Mas Ganteng. Artinya kami harus pulang dan melewatkan malam tahun baru di kos salah satu teman. Tak rela dengan kocokan yang ternyata jatuhnya seperti itu kami pun berniat mengulang. Apa mau dikata, kocokan yang kedua ternyata hasilnya sama. Penasaran dengan apa yang ditulis sang teman, aku buka semua pilihan. Ternyata dia menuliskan: Kocok sekali lagi. Ya, sepertinya kami memang harus pulang. Badan sudah lelah dan perlengkapan juga sudah dibereskan, tak mungkin tetap tinggal. Berencana menyewa DVD, membeli makanan juga camilan akhirnya kami malah pulas tertidur tanpa film atau camilan setelah perut terisi makanan dari Burjo.

 

***

8 thoughts on “Canyoning Di Sri Gethuk Part 2

Leave a comment