Bukan memperingati bangkitnya Canting, tapi sedikit kurang kerjaan kalau kemarin remah-remah Canting menyambangi Gunung Api Purba Nglanggeran, Gunungkidul. Bagi Canting, Nglanggeran punya arti tersendiri, banyak kisah yang pernah kami goreskan di sana. Maka hujan yang Sabtu kemarin mengguyur Yogyakarta pun tak bisa menyurutkan niat kami.
Dari sekian kali pendakian, kemarin adalah yang tercepat. Aku ingat betul pertama kali naik Nglanggeran, ngos-ngosan, itu pun belum puncak, baru Pos 1. Kemarin cukup tiga puluh menit saja kami sudah sampai di camping ground tempat kami biasa bermalam. Bukan tidak ada alasan tentunya. Meskipun tanahnya licin karena hujan, tapi Nglanggeran sekarang sudah banyak berubah. Tangga, tali dan pijakan batu memudahkan orang untuk mendaki.
Selebihnya bisa dilihat di foto saja ya 🙂
1. Hotel Beribu Bintang
2. Penyejuk Imani
3. Photo Session
Oh iya dari perjalanan kemarin ada pelajaran moral yang kuambil, secara pribadi, bahwa menjadi model itu tidak gampang, terutama jika tukang motretnya rada mabuk jadi salah pencet tombol foto dengan video :p
Salam dari kami, remah-remah Canting yang sudah ambyar!
Indahnyaaa. Remah-remah canting pun masih bisa menyebarkan keindahan Indonesia. Makasih ya postingannya. Bikin sedikit bergetar deh.
LikeLike
Siap, buos! 🙂
LikeLike
Tortila, marai aku radang tenggorokan!!!!!!!
LikeLike
Tortila palsu!
LikeLike
photo model’e keyeeennnnn…. tapi kukune enek sing durung dikethok’i hehehehehehe…. semoga canting ga ambyar mbak, selalu terus menorehkan hal-hal baik yang selama ini sudah dilakukan.
hidup mbak rina hehehehe 🙂
LikeLike
Ho oh, Mbak. Baru potong kuku pas plg kemping, ireng jaya kena lumpur. Wes kadung ambyar e, Mbak 🙂
LikeLike