Minggu kemarin aku dan temanku, Pipit, seperti yang sudah direncanakan, membuka lapak kecil di Sunmor, UGM. Sebenarnya rencana dari Minggu sebelumnya, akan tetapi karena jadwal yang padat kami baru bisa mewujudkannya kemarin *macak calon presiden*. Shubuh kami sudah bangun dan siap meluncur tapi berhubung kasur terlalu menggoda kami pun melanjutkan sedikit mimpi kami. Setelah buang hajat dan kesadaran diri mulai kembali, kami memutuskan berangkat. Ya sekitar jam 5.10 WIB lah.
Jalanan masih sepi tapi tidak di Sunmor. Beberapa pedagang sudah mendirikan tenda-tenda. Kami berdua pun mulai memilih lapak yang kosong. Baru saja kami menurunkan dagangan, se-kresek besar baju ditambah ransel berisi buku dan baju juga, seorang bapak yang entah dari mana dan apa jabatannya mengusir kami. Bla…bla…bla yang intinya kami tidak boleh di situ karena bla..bla..bla (bla yang kedua tidak jelas, bapaknya entah ngomong apa kemu). Sebagai anak baru kami pun manut, pindah ke tempat yang ditunjuk si bapak. Mesti dongkol karena aku sempat tanya ke Mbak yang menempati lapak sebelah yang mau kami pakai juga tidak kenal si bapak dan setahu dia lapak tadi masih kosong.
Bukan hanya kami berdua yang disuruh pindah tapi juga dua orang mbak yang juga mau jualan mengalami nasib sama. Setelah pindah kami pun mulai meletakkan dagangan kami dan menata matras, bersebelahan sama dua mbak tadi. Belum sampai lima menit si bapak muncul lagi dan meminta kami pindah ke tempat yang kami pilih semula. Gusti! Langsung saja bayanganku melayang ke para pedagang kaki lima alias PKL yang biasa diusir petugas Kamtib.
Tak mau ambil pusing, setelah pindah ke tempat semula, kami pun mulai menata dagangan kami lagi. Langit masih gelap, belum ada pembeli tentunya. Tak lama karena sebelum pukul enam orang mulai berdatangan. Baju-baju yang kami tata sesuai harga mulai “obrak-abrik” para calon pembeli yang kebanyakan ibu-ibu. Dua mbak yang aku ceritakan tadi juga jualan baju bekas, sama seperti kami. Bedanya adalah pada baju-baju mereka dan prejengan mereka yang bagus, tak seperti kami yang mirip gembel terusir dari rumah meski tetap keren, halah! Baju-baju mereka juga bagus-bagus. Eh punya kami juga bagus, bagus versi kami tentunya. Baju kami tak banyak warna, gelap, segelap penjualnya. Tapi baju kami bersih, sebersih niat kami mencari uang demi keluarga. Halah kuadrat!
Sudah pernah belanja sama ibu-ibu? Atau transaksi jual beli sama ibu-ibu? Mungkin buat kamu yang merindukan rayuan silakan coba jualan yang segmen pembelinya ibu-ibu. Maut cenderung sadis. Segala alasan kami utarakan untuk mempertahankan harga tapi seribu cara juga mereka menyerang pertahanan kami. Seorang mbak yang tertarik dengan salah satu baju yang kami jual berargumen baju kami bekas, biasanya lima ribuan saja (alasan yang dipakai hampir semua calon pembeli kami). Kubalas argumen mbaknya dengan bilang kalau baju bekas kami beda, karena jelas asal usulnya.
“Memangnya bekas siapa?” tanya si Mbak.
“Bekas kita (kutunjuk diriku dan Pipit).”
Si mbak langsung memandangku dan memilih pergi. Ketoke de’e langsung gilo ngunu. Aku dan temanku memang membuat tulisan harga untuk dagangan kami dengan coretan yang mungkin sedikit mampu menarik calon pembeli sekaligus menggelitik. Tulisannya seperti foto di bawah ini. Tulisan yang membuat pengunjung Sunmor yang lewat lapak kami berbisik-bisik sambil senyum-senyum ke pasangan masing-masing.
Belum sampai pukul 09.00 aku sudah kebelet pipis dan Pipit keluwen. Tapi kami mencoba bertahan. Dagangan kami masih belum habis, plus Sunmor juga masih ramai. Oh iya, di sebelah lapak kami ada mbak dan adik ceweknya yang membuka lapak celana legging motif. Si mbak ini juga baru pertama jualan di Sunmor. Sebagai tetangga yang baik kami pun bercakap-cakap ketika tidak ada pembeli.
“Mbaknya nyari dana KKN?” tanyanya.
Hihihihi…kami pun tertawa.
“Ngge mbayar kos, Mbak, timbang diusir mak kos,” jawabku.
Eh satu lagi, temanku yang sebaiknya tidak disebutkan namanya juga menjual baju mantannya lho di lapak kami. Jadi buat mantan-mantannya kalau ada baju atau barang yang masih tertinggal hati-hati. Eh wes disebut ding jenenge hehe…Tapi tenang mas, klambimu nggak payu kok jadi masih aman *numpak becak, lungo sing adoh selak diburu Pipit*
Jam setengah sepuluh perut kami berdua semakin berontak. Dan aku semakin tak kuat menahan pipis. Kami memutuskan jam 10 tutup lapak. Hasil yang kami peroleh sudah lumayan. Cukup untuk membeli tanah sekilo dua kilo dan menambal perut sehari dua hari.
Nilai moralnya adalah jangan pernah menyepelekan emak-emak. Merekalah sebenar-benarnya tulang punggung keluarga. Emak-emak bersatu tak bisa dikalahkan!
iku duite iso nggo memenuhi hobimu yg moto bukunen dan moto gombalen. hahaha…
LikeLike
Haha iyes, khusus moto gombalen coret wisan. Suk ganti gombale Gendut sing didol đŸ™‚
LikeLike
Jualannya cuma seminggu sekali aja ?
LikeLike
Iya đŸ™‚
LikeLike
Jualannya di sebelah mana mbak? Mungkin besok-besok bisa di lapak mahasiswa (trotoar depan hukum) Itu emang khusus untuk mahasiswa đŸ™‚
LikeLike
Ouh gitu ya, ada tempatnya sendiri ya hihihi. Aku kemarin di deket Fakultas Perikanan itu, yang pojok đŸ™‚
LikeLike
Iya mbak đŸ™‚ Nati kita share di fb kita ya. Bisa di add fbnya đŸ™‚
LikeLike
sistaa..masih sukak jualan di sunmor?? boleh sharing jualan juga ga? baju2 second juga, nanti bisa bagi hasil..hihihii…
invite yaa pin bb: 7dea79bf/ wa: 085646035374
LikeLike
Jualan kalo pas ada baju nganggur dan waktu aja, Mbak. Soalnya yang dijual juga baju sendiri đŸ™‚
LikeLike